Pakaianadat pegon merupakan pakaian yang dipakai khusus untuk kaum laki-laki. Menurut sejarah, pakaian ini merupakan hasil adaptasi dari kebudayaan Jawa dan Eropa yang dibawa ke Nusa Tenggara Barat. Baju ini merupakan setelan jas hitam yang bawahannya dikenakan wiron atau cute batik bermotif nangka. BajuAdat Indonesia Oktober 15, 2021 Posting Komentar Kode berpakaian Indonesia saat ini mengacu pada sejarah berbagai kelompok. Banyak sekali pakaian adat khas Indonesia yang populer dan masing-masing memiliki beragam pakaian tradisional yang berbeda. Dengandemikian adat menjadi jembatan pemersatu saling menghargai. Apabila Anda ingin mendownload gambarnya silakan klik pada gambar tentang pakaian adat ende lio. Gladhystriwu blogspot co id pakaian adat nusa tenggara timur ntt budayakita. Dan penarinya dilengkapi dengan pakaian adat serta aksesorisnya. Pakaianadat Pegon merupakan pakaian adat Nusa Tenggara Barat yang berasal dari suku Sasak, dimana pakaian ini khusus digunakan oleh kaum pria. Pegon merupakan baju adat berupa jas dengan warna gelap, dimana pakaian adat ini juga masih dipengaruhi oleh budaya Jawa. 7+ Pakaian Adat Riau : Nama, Gambar dan Penjelasan Berikutini adalah salah satu pakaian adat indonesia daerah NTB untuk anak. 19. Pakaian Adat NTT Nusa Tenggara Timur / Baju Adat NTT - Pakaian Adat Tradisional Nusa Tenggara Timur Ti'langga merupakan aksesoris dari pakaian adat tradisional untuk pria Rote, Nusa Tenggara Timur. cara membuat struktur organisasi kelas yang kreatif dari karton. Nusa Tenggara Barat atau NTB yaitu provinsi yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau kecil yang tergabung menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Nusa Tenggara Barat atau NTB sendiri, dikelilingi oleh 2 pulau besar yaitu pulau Lombok dan juga pulau Sumbawa. Setiap provinsi termasuk Provinsi Nusa Tenggara Barat ini, tentunya memiliki budaya dan juga ciri khas. Salah satu budaya yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Barat yaitu pakaian adat yang menjadi ciri khas dari Provinsi tersebut. Ingin tahu? Apa aja, pakaian adat Nusa Tenggara Barat atau NTB itu? Yuk langsung simak aja! 1. Pakaian Adat Wanita Lambung NTB2. Pakaian Adat Pria Pegon NTB3. Pakaian Adat Rimpu Suku Bima NTB4. Pakaian Adat Pria Bima NTB5. Pakaian Adat Donggo-Sambori Bima NTB 1. Pakaian Adat Wanita Lambung NTB Pakaian Lambung Wanita yaitu salah satu pakaian adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pakaian adat Lambung ini, dipakai oleh wanita dalam rangka menyambut tamu dan upacara adat “Mendakin atau Nyongkol”. Pakain Adat Lambung terdiri dari atasan yaitu baju berwarna hitam dengan kerah yang bentuknya menyerupai huruf V dan tanpa lengan. Sedangkan, buat bawahannya menggunakan kain panjang dengan motif bordir kotak-kotak atau segitiga di bagian tepi. Cara memakai kain bawahan dengan cara dibalutkan ke pinggang. Lalu, dibantu dengan memakai sabuk atau “Sabuk Anteng” yang berupa kain dan ujungnya dijuntaikan di pinggang kiri. Buat aksesoris pemanis dari pakaian Adat Lambung ini, menggunakan manik-manik di bagian tepi jahitan. Bahan yang digunakan yaitu kain pelung. Kemudian, dipadukan dengan selendang yang terbuat dari kain songket khas suku sasak. Akesoris pelengkap Pakaian Adat Lambung NTB yaitu sepasang gelang perak buat tangan dan kaki. Lalu ada juga anting-anting berbentuk bulat dari daun lontar. Supaya makin indah tampilannya, si wanita mengenakan sanggul bermodel “Punjung Pliset” yang diselipkan bunga mawar atau cempaka. 2. Pakaian Adat Pria Pegon NTB Pakaian Pegon dari Suku Sasak adalah salah satu pakaian adat Nusa Tenggara Barat, yang biasanya dipakai oleh kaum pria di Nusa Tenggara Barat. Konon pakaian pria NTB Pegon ini merupakan salah satu akulturasi dari kebudayaan Eropa dan Jawa. Untuk model atasannya yaitu jas hitam yang dilengkapi dengan bawahan berupa kain pelung bermotif nangka yang disebut juga Cute. Lalu, aksesoris pelengkap pakaian Adat Pegon ini berupa ikat kepala atau capuq. Bentuknya mirip dengan udeng khas Bali. Kemudian, ada ikat pinggang atau leang yang dibuat dari kain songket yang disulam benang emas. Tambahan aksesoris lainnya yaitu keris yang diselipkan di bagian samping atau belakang ikat pinggang. 3. Pakaian Adat Rimpu Suku Bima NTB Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat berikutnya yaitu Pakaian adat suku Bima yang disebut juga dengan Pakian Adat Rimpu. Model pakaian Adat Rimpu ini mirip dengan mukena. Dimana, bagian atas menutupi kepala sampai bagian perut dan bagian lainnya menutupi perut sampai ke kaki. Baca juga Rumah Adat Nusa Tenggara Barat Pakaian Adat Rimpu ini, memiliki fungsi tersendiri yaitu “Rimpu Cili” dipakai oleh wanita yang belum menikah dan pakaian ini menutupi seluruh tubuh kecuali mata. Sedangkan, “Rimpu Colo” yaitu pakaian adat buat wanita yang udah menikah dan pakaian ini menutupi seluruh tubuh kecuali wajah. 4. Pakaian Adat Pria Bima NTB Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat lainnya yaitu pakaian yang dikhususkan buat kaum pria, yang biasanya memakai ikat kepala dari kain tenun atau Sambolo. Nah, buat model atasan pakaian adat pria Bima Nusa Tenggara Barat yaitu berbentuk kemeja lengan panjang. Sedangkan, buat bawahannya yaitu sarung songket yang disebut Tembe Me’e. Sebagai pemanis dari Pakaian Adat pria Bima dilengkapi dengan ikat pinggang atau Salepe. 5. Pakaian Adat Donggo-Sambori Bima NTB Pakaian Donggo-Sambori merupakan salah satu pakaian adat masyarakat Bima, provinsi Nusa Tenggara Barat. Pakaian adat Donggo-Sambori yaitu pakaian adat yang memiliki model dengan corak warna dominan hitam yang berhubungan dengan ritual kematian. Lalu, pakaian DonggoSambori ini terdiri dari pakaian “Karabu“ berlengan pendek yang dipakai wanita dewasa dan remaja. Model bawahannya yaitu celana panjang yang disebut “Deko”. Buat aksesoris di kepala, mereka memakai Waku atau Lupe. Waku atau Lupe berbentuk lonjong yang berfungsi sebagai payung apabila hujan. Penutup kepala ini terbuat dari daun pandan hutan. Dulu, penutup kepala ini dipakai oleh petani dan peternak saat mereka ada di sawah atau padang rumput. Itulah pembahasan lengkap mengenai beberapa Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat. Gimana? Mudah dipahami kan? Semoga ulasan diatas, menjadi penyemangat buat kamu untuk mencintai budaya tanah air, salah satunya NTB ini. Selamat belajar dan semoga bermanfaat 😀 Originally posted 2021-03-22 133310. - Rimpu merupakan salah satu pakaian tradisional yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Pakaian Rimpu adalah pakaian adat khas dari Suku Bima yang mendiami wilayah NTB tepatnya di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Rimpu digambarkan dengan memakai sarung yang melingkar pada kepala dimana yang terlihat hanya wajah dari buku Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z 1995 karya M. Junus Melalatoa, Rimpu adalah pakaian tradisional kaum wanita Mbojo NTB yang memperhatikan kuatnya pengaruh Islam. Seorang gadis yang menggunakan dua lembar kain sarung untuk menutupi tubuhnya sesuai dengan kaidah menutup aurat menurut ajaran Islam. Baca juga Keunikan Pakaian Adat Suku Rote NTT Di mana sarung yang satu dikenakan di bagian bawah dan sarung satunya lagi dililitkan sebagai penutup bagian atas sedemikian rupa, sehingga hanya mata yang terlihat. Pakaian dengan cara pemakaian semacam itu disebut rimpu sampela. Namun, pada masa terakhir mereka sudah memperlihatkan seluruh wajahnya seperti wanita yang sudah menikah. Kadang pada bagian bawahnya bukan lagi sarung melainkan rok biasa. Sejarah Rimpu Masuknya tradisi Rimpu ke Bima NTB bersamaan dengan masuknya Islam di wilayah tersebut. Dikutip dari buku Uniquely Lombok-Sumbawa 2013 karya Gagas Ulung, pedagang Islam yang datang ke Bima terutama perempuan Arab menjadi inspirasi bagi perempuan Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka dengan menggunakan Rimpu. Keberadaan Rimpu juga tidak lepas dari upaya pemerintah untuk memanfaatkan kaian sarung atau kain tenun Bima yang telah menjadi komoditi perdagangan dunia sejak abad ke-13. Saat itu semua perempuan yang sudah akil baliq diwajibkan memakai Rimpu apabila hendak bepergian meninggalkan rumah untuk sesuatau urusan. Kalau tidak, berati sudah melanggar hukum agama dan adat pada saat itu. Baca juga Daftar Alat Musik Tradisional di IndonesiaJenis Rimpu Bentuk Rimpu mirip seperti mukena. Di mana satu bagian kepala hingga perut dan satu bagian lainnya menutupi perut hingga kaki. Dikutip dari buku Jaringan Ulama dan Islamisasi Indonesia Timur 2020 karya Hilful Fudhul Sirajuddin Jaffar, salah satu model busana perempuan Bima yang disebut Rimpu merupakan akulturasi kebudayaan Melayu dengan kebudayaan Bima. Mode busana Rimpu adalah untuk menutup aurat. DONNAL PUTERA Warga Bima, Andriyani 36, sedang mengerjakan kain tenun Mbojo di halaman rumahnya yang berada di Kampung Cempaka Indah, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Selasa 9/6/2015. Terdapat dua jenis Rimpu, yakni Rimpu Colo Rimpu Colo adalah sarung khas atau tembe nggoli yang dilingkarkan menjadi penutup kepala. Di mana tanpa menutup wajah perempuan. Baca juga Sistem Ekonomi Liberal pada Masa Kolonial dan Kondisi Masyarakat Tembe Nggoli adalah kain tenun sarung khas Bima yang terbuat dari benang kapas atau katun. Kain tenun sarung tersebut memiliki beragam warna yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. Biasanya busana tersebut dipakai pada perempuan yang sudah menikah. Rimpu Mpida Rimpu Mpida merupakan busana menutup aurat perempuan hingga menutup wajah, kecuali mata yang dibiarkan terbuka. Busana tersebut menjadi simbol bahwa pemakaian adalah perempuan yang belum diperistrikan oleh seorang laki-laki. Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemdikbud, adanya perbedaan penggunaan Rimpu yang masih gadis dengan yang telah bersuami sebenarnya secara tidak langsung menjelaskan kepada masyarakat terutama kaum pria tentang status wanita apakah wanita tersebut sudah berkeluarga atau masih gadis. Inilah yang unik dari budaya Rimpu. Rimpu merupakan budaya dalam busana pada masyarakat Bima. Baca juga Cara Menghargai Jasa Pahlawan dan Meneladani Sikapnya Budaya Rimpu sudah ada dan hidup serta berkembang sejak masyarakat Kota Bima ada. Sekarang busana Rimpu hampir punah karena masyarakat sekarang sudah jarang menggunakan Rimpu untuk menutup aurat. Karena banyak busana penutup aurat yang lebih modern bermunculan seperti jilbab atau kerudung. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang terdiri dari beberapa suku di dalamnya, suku-suku tersebut diantaranya adalah suku Sasak, suku Bima dan juga suku Sumbawa. Dimana masing-masing suku juga meninggalkan beragam kebudayaan yang berbeda, salah satunya adalah pakaian adat. Lalu apa saja peninggalan pakaian adat Nusa Tenggara Barat ini? Yuk simak ulasan di bawah ini! Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Gambar Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang mempunyai beragam kebudayaan salah satunya adalah pakaian adat. Pakaian adat Nusa Tenggara Barat biasanya terdiri dari atasan dan juga bawahan dan dilengkapi dengan beragam aksesoris khas dari Nusa Tenggara Barat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa Nusa Tenggara Barat ini merupakan provinsi yang didalamnya terdapat berbagai macam suku-suku dengan adat istiadat yang berbeda. Sehingga rumah dan juga pakaian adat mereka tentunya juga berbeda. Pakaian adat Nusa Tenggara Barat ini meliputi pakaian adat yang digunakan oleh para wanita dan juga pria dengan berbagai macam model yang beragam, ada baju berlengan panjang dan juga baju berlengan pendek. Tidak lupa juga dengan penambahan berbagai macam aksesoris pendukung sebagai pelengkap untuk berpakaian adat khas Nusa Tenggara Barat dan menambah keindahannya. Nama Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Pakaian adat Nusa Tenggara Barat juga mempunyai beragam jenisnya, hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh adat pada tiap suku yang bertempat provinsi ini. Lantas apa saja pakaian adat peninggalan dari suku-suku tersebut? Yuk, langsung saja simak penjelasannya di bawah ini! No Macam Macam Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat 1 Pakaian Adat Suku Sasak Pakaian Adat Lambung 2 Pakaian Adat Suku Sasak Pakaian Adat Pegon 3 Pakaian Adat Suku Bima 4 Pakaian Adat Suku Sumbawa 1. Pakaian Adat Suku Sasak Pakaian Adat Lambung Gambar Pakaian Adat Lambung Pakaian adat lambung merupakan pakaian adat Nusa Tenggara Barat yang berasal dari suku Sasak, dimana pakaian adat ini khusus digunakan oleh kaum wanita. Pakaian adat lambung ini berupa baju dengan warna hitam yang tidak mempunyai lengan dengan kerah berbentuk V. Biasanya bahan yang digunakan untuk membuat pakaian adat lambung adalah pelung, kemudian bawahannya akan dipasangkan dengan menggunakan kain panjang selutut hingga mata kaki. Kain panjang tersebut akan dihiasi dengan bordiran pada bagian tepinya dan juga bermotif segitiga atau kotak-kotak. Untuk menambah keindahan dari pakaian adat, maka akan ditambahkan beberapa aksesoris diantaranya adalah selendang dengan motif ragi genep yang menjadi kain songket khas dari Sasak, ikat pinggang yang dinamakan dengan sabuk anteng, gelang tangan, gelang kaki perak dan juga menggunakan sowang atau anting-anting yang terbuat dari lontar. Sedangkan bagian rambut diikat dengan rapi dan diberikan berbagai macam hiasan bunga cempaka dan juga mawar. Tapi ada juga wanita yang akan menghias rambutnya dengan cara disanggul dengan menggunakan model punjung pliset. Pada awalnya, pakaian adat lambung ini akan digunakan tanpa menggunakan alas kaki dan juga pakaian dalam, melainkan karena perkembangan zaman pakaian adat ini sudah dimodifikasi dengan menambah alas kaki dan juga menggunakan baju dalam. Pakaian adat lambung biasanya akan digunakan oleh para wanita Sasak pada saat menyambut tamu atau dalam upacara mendakin atau nyongkol. 2. Pakaian Adat Suku Sasak Pakaian Adat Pegon Gambar Pakaian Adat Pegon Pakaian adat Pegon merupakan pakaian adat Nusa Tenggara Barat yang berasal dari suku Sasak, dimana pakaian ini khusus digunakan oleh kaum pria. Pegon merupakan baju adat berupa jas dengan warna gelap, dimana pakaian adat ini juga masih dipengaruhi oleh budaya Jawa. Biasanya pakaian adat ini akan dipasangkan dengan wiron atau cute pada bagian bawahnya. Wiron merupakan batik Jawa yang mempunyai motif tulang nangka, dan biasanya digunakan dengan cara menjuntai hingga sampai mata kaki. Sedangkan pada kaum pria bagian kepalanya akan menggunakan ikat kepala yang dinamakan dengan capuq atau sapuk dengan bentuknya mirip dengan udeng yang berasal dari Bali. Capuq biasanya hanya digunakan dalam kegiatan sehari-hari, sedangkan pada saat adanya upacara adat maka yang digunakan adalah ikat kepala perade yang terbuat dari bahan songket emas. Sedangkan untuk ikat pinggang akan menggunakan lelang atau dodot dengan motif benang emas. Ikat pinggang tersebut akan digunakan pada saat upacara adat, sedangkan untuk kegiatan sehari-hari akan menggunakan ikat pinggang berupa songket dengan motif ragi genep. Ikat pinggang ini biasanya juga digunakan sebagai tempat untuk menaruh keris. Dimana keris tersebut mempunyai ukuran yang cukup besar dan kemudian akan disisipkan pada bagian belakang dan juga bisa dengan menggunakan keris yang mempunyai ukuran kecil dan diselipkan pada bagian depan. Keris tersebut bisa digantikan dengan menggunakan aksesoris lainnya seperti menggunakan pemaja atau pisau raut. 3. Pakaian Adat Suku Bima Gambar Pakaian Adat Suku Bima Suku Bima merupakan suku yang mendiami daerah kabupaten Bima dan juga kabupaten Dompu. Pakaian adat Nusa Tenggara Barat dari suku Bima ini mempunyai nama lain, yakni dou mbojo, dimana baju tersebut mempunyai bentuk yang cukup unik dan juga mempunyai julukan tersendiri. Nama pakaian adat Nusa Tenggara Barat suku Bima adalah pakaian adat rimpu. Dimana rimpu merupakan baju adat yang mempunyai bentuk seperti mukenah, hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari agama Islam pada pakaian adat ini. Karena kemiripan tersebutlah, maka banyak juga yang mengatakan bahwa rimpu merupakan baju muslimah tradisional. Rimpu ini juga mempunyai beragama motif yang khas, karena memang rimpu dibuat dengan menggunakan sarung nggoli atau sarung khas dari daerah kabupaten Dompu. Rimpu ini terbagi menjadi dua jenis, yakni ada rimpu mpida atau cili dan juga rimpu colo. Dimana kedua jenis tersebut tentunya juga mempunyai perbedaan pada para pemakainya. Rimpu mpida atau rimpu cili merupakan pakaian adat yang digunakan seperti sedang memakai cadar, dan biasanya hanya digunakan bagi para gadis yang belum menikah. Biasanya dalam menggunakan pakaian ada ini terdapat beberapa cara yang diterapkan, yakni tidak perlu menggunakan alat bantu seperti peniti. Sedangkan penggunaan dari rimpu colo ini seperti dengan menggunakan jilbab pada umumnya, dimana rimpu jenis ini hanya digunakan oleh wanita yang sudah menikah. Sedangkan untuk para kaum pria biasanya akan menggunakan baju adat yang terdiri dari beberapa komponen, seperti kemeja berlengan panjang yang digunakan sebagai atasan, sarung songket atau tembe me’e yang digunakan sebagai bawahan dan juga penambah aksesoris seperti ikat pinggang yang disebut dengan salepe dan juga ikat kepala yang dinamai dengan sambolo. 4. Pakaian Adat Suku Sumbawa Gambar Pakaian Adat Suku Sumbawa Suku Sumbawa merupakan suku yang mendiami wilayah barat dan juga tengah dari pulau Sumbawa. Dimana masyarakat Sumbawa sering menyebut dirinya sebagai Tau Samawa, suku ini juga mempunyai pakaian adat yang dibedakan menjadi pakaian adat pria dan juga pakaian adat untuk wanita. Pakaian adat Nusa Tenggara Barat suku Sumbawa yang digunakan oleh kaum wanita disebut dengan baju lamung. Dimana baju adat ini berupa baju yang mempunyai lengan pendek dan terdapat berbagai hiasan dengan sulaman dari benang emas berbentuk bunga. Sedangkan untuk bagian bawahnya, para kaum wanita suku Sumbawa ini biasanya akan menggunakan rok panjang atau yang disebut dengan tope belo dengan rok pendek yang disebut dengan tope bene. Dua jenis rok ini biasanya akan digunakan secara bertumpuk, dimana pada bagian dalamnya akan menggunakan bentuk rok panjang, sedangkan pada bagian luar akan mengenakan rok pendek. Rok tersebut juga dihiasi dengan berbagai sulaman dengan bentuk bunga. Sehingga para wanita yang memakainya akan tampak sangat feminim, tidak lupa pula berbagai macam aksesoris yang digunakan sebagai hiasan tambahan meliputi gelang atau Ponto, kembang goyang yang digunakan sebagai hiasan kepala, sapi tangan atau kuda sanging, anting-anting dan juga kalung. Sementara untuk pakaian adat pria biasanya akan menggunakan atasan yang disebut dengan gadu berbentuk baju berlengan panjang dengan warna hitam. Baju gadu tersebut biasanya akan diberikan berbagai hiasan motif bunga sulaman dari benang emas. Sebagai penunjang tampilan maka diperlukan tambahan juga berupa kain simbangan yang akan diselempangkan secara menyilang, kain simbangan ini juga nantinya akan diberikan berbagai macam motif bunga dan pada umumnya berwarna merah. Sedangkan pada bagian bawahnya biasanya kaum pria akan menggunakan celana panjang yang diberi hiasan pada bagian tepi celananya. Celana tersebut juga akan dilengkapi dengan pemakaian rok pendek yang dibuat dengan menggunakan kain bersulamkan emas. Sedangkan pada penutup kepala biasanya akan menggunakan pasigar. Aksesoris Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Tentunya pakaian adat tidak akan lengkap jika tidak ditambahkan dengan berbagai macam aksesoris bukan? Dimana aksesoris tersebut bisa menambah keindahan dan juga keanggunan serta kewibawaan dari para pemakainya. Hal tersebut juga berlaku pada pakaian adat Nusa Tenggara Barat, lantas apa saja aksesoris yang dibutuhkan sebagai pelengkap dari pakaian adat ini? Yo simak penjelasan berikut ini! Penutup Kepala Penutup kepala merupakan aksesoris pakaian adat Nusa Tenggara Barat yang digunakan sebagai penutup kepala, yakni bernama capuq yang biasanya digunakan bersamaan dengan pakaian adat Pegon. Sedangkan pria yang berasal dari suku Bima, mereka akan menggunakan sambolo sebagai aksesoris ikat kepalanya. Ikat Pinggang Ikat pinggang merupakan aksesoris yang digunakan sebagai pelengkap dari pakaian adat Nusa Tenggara Barat, dimana biasanya ikat pinggang ini akan berbeda-beda setiap sukunya. Misalnya adalah pada suku lambung yang akan menggunakan ikat pinggang dengan nama sabuk anteng. Kemudian pada pakaian adat Pentagon akan menggunakan ikat pinggang dari bahan songket dan suku Bima yang akan menggunakan ikat pinggang dari selendang dengan nama salepe. Kain Selempang Kain selempang merupakan aksesoris tambahan yang digunakan pada pakaian adat Nusa Tenggara Barat. Seperti contohnya pada pakaian adat lambung yang akan menggunakan selempang dengan motif garis-garis yang ditenun. Sedangkan pada suku Bima selempang hanya akan digunakan oleh kaum pria. Penutup Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Nusa Tenggara Barat. Semoga artikel ini bisa berguna bagi para pembaca sekalian serta bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan. Berhubungan dengan pakaian adat dari provinsi Nusa Tenggara Barat, semoga juga artikel ini bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca sekalian! Pakaian Adat Nusa Tenggara Baratsumber referensi https//tambahpinter .com/pakaian-adat-nusa-tenggara-barat/Pakaian_Adat_Pegonhttps//sintesakonveksi .com/info/pakaian-adat/nusa-tenggara/barat/ Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya - Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas dua pulau besar, yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa dihuni oleh beberapa suku bangsa. Suku bangsa mayoritas yang mendiami daerah tersebut adalah suku bangsa Sasak di pulau Lombok, suku bangsa Sumbawa Semawa, dan Bima di pulau Sumbawa. Berikut ini ulasan pakaian adat dari beberapa suku yang mewakili pakaian adat daerah Nusa Tenggara Barat. Pakaian Adat Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat Sebagian besar pakaian adat suku Sasak berasal dari kain tenun. Hal ini dikarenakan masyarakat Sasak sudah mengenal teknik menenun sejak abad ke-14 an. Corak hias pada kain tenun bermacam-macam. Corak hiasnya pada umumnya merupakan eksplorasi dari kehidupan alam sekitar dan mitologi, seperti pohon mawar, burung, ular naga, dan tokoh pewayangan. Corak hias pada kain untuk perempuan berbeda dengan ragam hias pada kain untuk laki-laki. Pakaian adat bagian atas untuk kaum perempuan berupa lamung baju berwarna hitam. Modelnya sederhana, yaitu selembar kain dilipat sehingga berbentuk segi empat kemudian diberi "lubang leher" berbentuk segitiga. Pertemuan kedua sisinya dijahit sehingga hasil akhirnya menjadi semacam kebaya longgar berlengan pendek. Panjang kebaya sebatas pinggang. Untuk bagian bawah, perempuan Sasak memakai kemben sarung yang juga berwarna hitam dan pada bagian tertentu diberi hiasan motif tanaman. Untuk memperkuat kemben digunakan sabuk anteng ikat pinggang. Kemudian dipakai aksesoris sebagai pelengkap penampilan berupa sengkong anting-anting, teken ima gelang tangan, dan teken nae gelang kaki. Pakaian adat laki-laki berupa klambi baju model kemeja berlengan pendek atau panjang yang dililitkan seputar pinggang, memanjang hingga sebatas betis. Pada bagian muka ujung kain dibuat berlipat-lipat menjuntai hingga hampir menyentuh tanah. Untuk penahan kereng kain panjang digunakan lilitan kain, yang berfungsi seperti ikat pinggang, yang disebut bebet. Dibagian kepala dikenakan ikat kepala, yang disebut sapu, yang biasanya berwarna hitam, dan kadang-kadang menggunakan kain batik. Sumber Selayang Pandang Nusa Tenggara Barat Erna Dwi P, S. Pd Untuk pakaian pengantin, digunakan pakaian yang lebih banyak hiasannya. Pengantin wanita memakai tangkong baju semacam kebaya yang biasanya berwarna hitam polos, tetapi kadang diberi hiasan pinggiran bajunya. Untuk bagian bawah dikenakan kereng kain panjang, yang umumnya dibuat dari kain songket. Sebagai pelengkap penampilan digunakan kancing baju buak tongkong emas, kalung emas, ikat pinggang gendit/ pending emas, gelang tangan teken, cincin ali-ali, dan gelang kaki teken nae. Pengantin pria mengenakan klambi yang bahannya sama dengan pengantin wanita. Bagian atas berupa jas tertutup dengan potongan agak meruncing pada bagian bawah belakangnya untuk mempermudah menyelipkan keris. Bagian bawah menggunakan kereng kain panjang, yang terbuat dari kain songket yang bermotif khas lombok. Kemudian ditambah dodot kampuh, kain yang biasanya bercorak sama dengan yang dipakai pengantin wanita. Bagian kepala memakai sapu ikat kepala atau destar yang juga terbuat dari kain songket dan sering diberi hiasan keemasan yang sering diselipkan pada ikat sapu bagian depan. Dibagian punggung diselipkan keris panjang. Pakaian Adat Suku Sumawa Sumbawa, Nusa Tenggara Barat Masyarakat asli pulau Sumbawa terkenal dengan kain songketnya. Pada umumnya kain singket tersebut menggunakan benang emas, benang perak, juga benang katun. Kain selungka misalnya, merupakan songket yang menggunakan benang emas dan perak. Selain kain selungka, ada juga mbalipida, yaitu kain tenun yang bermotif kotak-kotak. Ciri khasnya bentuk stilasi motif fllora untuk kain perempuan dan motif fauna atau manusia untuk kain laki-laki. Pakaian adat wanita Sumbawa berupa lamung pene untuk bagian atas dan tembe lompa untuk bagian bawah. Lamung pene merupakan baju sejenis kebaya berlengan pendek dari kain halus, sedangkan tembelompa merupakan kain sarung bermotif kotak-kotak yang biasanya berupa kain songket yang dipakai sebatas mata kaki, yang disebut krealang. Sebagai pelengkap pakaian digunakan ikat pinggang pending perak, sapu to'a sejenis sapu tangan yang disampirkan pada bahu kiri, kalung, bengkor troweh hiasan telinga dan gelang tangan. Para gadis yang belum menikah biasanya memakai kerudung. Sementara itu, kaum laki-laki Sumbawa mengenakan lamung, semacam jas tutup berlengan panjang dan saluar belo celana panjang polos tanpa hiasan. Kemudian dihiasi dengan pabasa alang, semacam selendang songket, berukuran agak lebar dibanding selendang biasa yang berfungsi sebagai dodot. Di bagian kepala memakai ikat kepala sapu yang terbuat dari tenunan benang katun bermotif kotak-kotak. Bihul ikata sapu pada kening ada di bagian belakang kepala dan sudut sapu dipasang tegak di bagian depan kepala hingga depan kepala sehingga tampak tegak meruncing. Sumber Mbojonet Pakaian pengantin suku Sumbawa agak berbeda dengan pakaian adatnya. Untuk pakaian atas, pengantin wanita golongan bangsawan memakai lamung naju lengan pendek bermodel baju bodo Sulawesi. Baju tersebut terbuat dari kain halus dan berhias sulaman emas yang berbentuk cepa bunga hampir di seluruh bidang baju. Kemudian di bahu sebelah kiri disampirkan kida sanging, semacam sapu tangan yang dihiasi motif dedaunan dari benang perak atau emas. Untuk pakaian bawahnya, dikenakan tope belo rok panjang dan tope pene rok pendek yang juga dihiasi cepa yang dipakai secara bertumpu. Di bagian kepala dipakai sua, yaitu hiasan kepala yang dilengkapi kembang goyang. Sanggul rambutnya disebut puyung lakang. Perhiasan yang dipakai berupa gelang kanan ponto atau kelaru, kalung, anting-anting, dan hiasan kuku ibu jari dari emas yang dibentuk seperti kuku panjang yang disebut sisin kuku, sebagai alas kaki digunakan selop. Pengantin pria mengenakan gadu, yaitu baju berlengan panjang warna hitam dan berhiaskan cepa emas. Selempang kain yang terbuat dari kain merah diberi hiasan motif bunga disilangkan di atas baju. Kain ini disebut simbangan. Untuk pakaian bawah, dikenakan saluar celana panjang berwarna hitam yang dihias pada pinggir kaki celananya. Kemudian celana dipadu dengan tope, semacam rok dari kain halus berwarna merah yang dihiasi dengan cepa emas yang agak besar. Untuk menahan tope digunakan ikat pinggang pending emas. Bagian kepala ditutup dengan mahkota yang terbuat dari kain yang dilipat-lipat dan dibentuk seperti kipas serta dihiasi cepa emas. Mahkota tersebut dinamakan pasigar. Kemudian sebilah keris diselipkan pada ikat pinggang bagian depan badan. Pakaian Adat Suku Bima, Nusa Tenggara Barat Pakaian adat suku Bima berupa baju poro, yaitu baju yang terbuat dari kain tipis, tidak tembus pandang. Baju ini biasanya berwarna hitam, biru tua, cokelat tua, dan ungu. Pakaian bawahnya berupa sarung pelekat, tembe kafa, corak mbali pida hingga menutup mata kaki. Sebagai aksesorisnya antara lain gelang tangan dan anting-anting. Kaum pria mengenakan kemeja lengan pendek atau model jas tutup berlengan panjang. Kemeja tersebut biasanya berwarna hitam, putih atau warna-warna cerah yang lain. Kemeja tersebut dipadu dengan sarung pelekat, tembem kafa, mbali pida. Di pinggangnya dililitkan salampe berwarna dasar putih, kuning, merah, atau hijau. Khusus pria dewasa biasanya menyelipkan pisau mone pisau khas bima pada salampe di bagian depan badan. Sumber Mbojonet Pakaian pengantin suku Bima hampir sama dengan pakaian adatnya. Mempelai wanita memakai bjau poro rante yang terbuat dari kain halus warna merah dan dihiasi dengan cepa benang emas diseluruh permukaan baju. Kemudian baju tersebut dipadu dengan sarung songket tembe songke dan ikat pinggang slepe yang berwarna keemasan. Pasapu sapu tangan dari kain sutra bersulam benang perak dipegang di tangan kanan. Rambutnya disanggul dan dihiasi dengan keraba. Keraba yang terbuat dari gabah bulir padi yang belum dikupas kulitnya yang digoreng tanpa minyak hingga mekar dan tampak warna putih berasnya secara dominan. Keraba tersebut ditempel pada rambut dengan perekat malam atau lilin hingga warna putihnya mencolok di atas rambut. Tatanan rambut yang dihiasi keraba tersebut disebut wange. Aksesoris lain seperti bangka dondo anting-anting panjang dan ponto gelang tangan juga berwarna keemasan. Sementara itu, mempelai laki-laki mengenakan pasagi, yaitu baju dan celana yang terbuat dari kain yang sama. Kain tersebut dihiasi dengan cepa dan sulaman benang emas. Siki kain songket atau tembe songke dikenakan sebatas lutut, seperti memakai sarung. Untuk menakar siki digunakan baba, yaitu kain yang berukuran lebih lebar dari ikat pinggang biasa. Baba berfungsi untuk menyelipkan keris. Di atas baba diselipkan selepe mone, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari logam keemasan. Sebuah keris, yang pada hulunya diikatkan pada baba. Pakaian pengantin pria ini juga dilengkapi dengan karoro, yaitu semacam jubah hitam yang berhais cepa berwarna keemasan dan mahkota yang disebut siga. Baca juga Demikian pembahasan tentang "Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya" yang dapat kami sampaikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Nusa Tenggara Barat Erna Dwi P, S. Pd". Baca juga artikel kebudayaan Indonesia menarik lainnya di situs Jumlah Pengunjung 18,029 Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Barat adalah provinsi yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau kecil yang tergabung menjadi kepulauan Nusa Tenggara. Nusa Tenggara Barat sendiri dikelilingi oleh dua pulau besar yakni pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Setiap provinsi termasuk Provinsi Nusa Tenggara Barat ini tentunya memiliki budaya dan juga ciri khas. Salah satu budaya yang dimiliki adalah pakaian adat yang menjadi ciri khas dari Provinsi tersebut. Daftar Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat Berikut ini kami akan memberikan informasi mengenai hal apa saja mengenai pakaian adat yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. 1. Pakaian Adat Lambung untuk Wanita Nusa Tenggara Barat Pakaian Adat Lambung Wanita, Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat -sumber Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat yang pertama adalah Pakaian Adat Lambung Wanita. Pakaian ini dipakai oleh wanita dalam rangka menyambut tamu dan upacara adat mendakin atau nyongkol. Pakain Adat Lambung terdiri dari atasan yaitu baju berwarna hitam dengan kerah yang bentuknya menyerupai huruf V dan tanpa lengan. Sedangkan untuk bawahannya menggunakan kain panjang dengan motif bordir kotak-kotak atau segitiga di bagian tepi. Cara memakai kain bawahan dengan cara dibalutkan ke pinggang. Kemudian dibantu dengan memakai sabuk atau disebut sabuk anteng yang berupa kain dan ujungnya dijuntaikan di pinggang kiri. Untuk aksesoris pemanis dari pakaian Adat Lambung ini menggunakan manik-manik di bagian tepi jahitan. Bahan yang digunakan adalah kain pelung. Kemudian dipadukan dengan selendang yang terbuat dari kain songket khas suku sasak. Akesoris pelengkap Pakaian Adat Lambung NTB ialah sepasang gelang perak untuk tangan dan kaki. Lalu ada juga anting-anting berbentuk bulat dari daun lontar. Agar makin indah tampilannya si wanita mengenakan sanggul bermodel punjung pliset yang diselipkan bunga mawar atau cempaka. 2. Pakaian Adat Pegon untuk Pria Nusa Tenggara Barat Pakaian Adat Pegon Pria, Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat -sumber Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat selanjutnya adalah Pakaian Adat Pegon yang biasanya digunakan oleh pria di Nusa Tenggara Barat. Konon pakaian ini adalah akulturasi dari kebudayaan Eropa dan Jawa. Untuk model atasannya yaitu jas hitam yang dilengkapi dengan bawahan berupa kain pelung bermotif nangka yang disebut juga Cute. Kemudian aksesoris pelengkap pakaian Adat Pegon ini berupa ikat kepala atau yang disebut dengan capuq. Bentuknya mirip dengan udeng khas Bali. Selanjutnya ada ikat pinggang atau leang yang dibuat dari kain songket yang disulam benang emas. Tambahan aksesoris lainnya yaitu keris yang diselipkan di bagian samping atau belakang ikat pinggang. Khusus untuk para pemangku Adat, biasanya mereka menggunakan selendang umbak berwarna putih, merah dan hitam dengan panjang 4 meter. Baca Juga ya 6 Kuliner dan Makanan Khas Bima Nusa Tenggara Barat yang bisa dicoba Inilah 5 Tari Adat Tradisional Nusa Tenggara Barat yang terkenal 3. Pakaian Adat Rimpu Suku Bima Nusa Tenggara Barat Pakaian Adat Rimpu, Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat -sumber Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat selanjutnya adalah Pakaian adat suku Bima yang disebut juga dengan Pakian Adat Rimpu. Model pakaian Adat Rimpu ini mirip dengan mukena. Dimana bagian atas menutupi kepala hingga bagian perut dan bagian lainnya menutupi perut sampai ke kaki. Pakaian Adat Rimpu ini memiliki fungsi tersendiri yaitu Rimpu Cili dipakai oleh wanita yang belum menikah dan pakaian ini menutupi seluruh tubuh kecuali mata. Sedangkan Rimpu Colo untuk wanita yang sudah menikah dan pakaian ini menutupi seluruh tubuh kecuali wajah. 4. Pakaian Adat Kaum Laki-Laki Bima Nusa Tenggara Barat Pakaian Adat Laki-Laki Bima, NTB-sumber Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat lainnya adalah pakaian yang dikhususkan bagi kaum pria yang biasanya memakai ikat kepala dari kain tenun atau namanya Sambolo. Untuk model atasannya adalah pakaian pria berbentuk kemeja lengan panjang. Sedangkan untuk bawahannya adalah sarung songket yang disebut Tembe Me’e. Sebagai pemanis dari Pakaian Adat pria Bima dilengkapi juga dengan ikat pinggang atau Salepe. 5. Pakaian Adat Donggo-Sambori dari Bima Nusa Tenggara Barat Pakaian Adat Donggo-Sambori, Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat – sumber Pakaian Adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat terakhir adalah Pakaian adat Donggo. Pakaian adat ini adalah pakaian adat yang memiliki memiliki model dengan corak warna dominan hitam yang berhubungan dengan ritual kematian. Kemudian pakaian Donggo ini terdiri dari pakaian Karabu berlengan pendek yang dipakai wanita dewasa dan remaja. Model bawahannya adalah celana panjang yang disebut Deko. Untuk aksesoris di kepala, mereka menggunakan waku atau lupe. Waku atau lupe berbentuk lonjong yang juga berfungsi sebagai payung apabila hujan. Penutup kepala ini terbuat dari daun pandan hutan. Dulu, penutup kepala ini dipakai oleh petani dan peternak ketika mereka berada di sawah atau padang rumput. Sumber

gambar pakaian adat nusa tenggara barat